Contoh Khutbah Jum'at Bahasa Indonesia Singkat Tentang Keprihatinan Orang Tua khutbah jum'at adalah salah satu syarat sah nya sholat jum'at. Dan khutbah itu dilaksanakn sebelum sholat, lain halnya dengan kgutbah idul fitri, yang mana kalau khutbah idul fitri dilaksanakn sesudah sholat. dalam khutbah juga ada ketentuan ketentun yang menjadikan sah dan tidak sah nya khutbah itu. syaratnya adalah:
1. memanjatkan puji kepada Allah SWT
2. Membaca sholawat kepada Nabi SAW
3. Membaca salah satu ayat Al qur'an yang dufaham oleh khotib (orang yang ber kutbah)
4. Wasiat dengan taqwa
5. Mendoakan orang yang islam dan iman.
Dan untuk jemaah yang sedang melaksanakan sholat jumat juga harus memperhatikan syarat syarat sah nya sholat jum'at. Diantaranya jika khotib (orang yang ber kutbah) sedang ber khutbah, mereka harus mendengarkan dengan semua yang di ucapkan oleh khotib, jika tidak mendengarkan, dalam artian mereka malah tidur atau ngobrol ketika khotib ber khutbah, maka jangan mengharapkan pahala dari sholat jum'atnya. dan bahkan bisa merugikan orang lain karena menggangu ke khusu'an orang di sekitar. karenanya di setiap sebelum sholat jum'at dilaksanakan selalu ada muroqi yang memperingatkan kepada seluruh peserta sholat jum'at untuk tidak berbicara dan mendengarkan khotib.
Adapun untuk bentuk sholat jumat itu sendiri yaitu 2 raka'at seperti sholat hajat. Dan tidaklah beda dengan sholat fardu yang lainnya, hanya saja sholat jum'at dilaksanakan pada hari jum'at saja. namun ada perbedaan antara sholat jum'at dan sholat fardu lainya, yaitu wajib di berjamaahkan dan pembacaan surat al fatihahnya harus di jahar kan (membaca dengan suara keras). Dan pada hari jum'at ini saya mau memberikan contoh khutbah jum'at tenteng keprihatinan orang tua.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله الحمد لله الـولى الـحـمـيد * الـمـبـد ىء الـمــعـيـد * الـفـعـال لـمـا يـريـد *أحـمـده وأشـكـره سـبـحـانـه وتـعـالى عـلى فـضـلـه الـمـديـد * أشـهـد أن لأ اله الا الله وحده لا شـريك لـه الـحـمـيـد الـمـجـيد * شهادة تـنجي قـائـلـهـا مـن عـذاب شـديـد * واشـهد أن محمدا عبـده ورسـوله خـيـر الأنـام يـدعو الى الأيـمـان والـتـوحـيـد* اللهـم صـل وسـلم وبارك على سـيد نامحمـد الـمـبـعـوث الى الــحـيــاة الـحـمـيـد* صلاة تـنجينـا بهـا من الـبـلا يـا والـشـدائـد * وعلى ألـه وأصــحابه ومن تبعهم مـن صـالـح الـعـبـيـد* أمـابعـد فيـا عبـادالله أوصــيكم وايـاي بتقـوى الله ذي الـعـرش الـمـجيـد* وَقَدْ قَالَ اللهَ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ *حكايـة عـن شـأن يـعـقــوب عـلـيـه الـسـلام* أَعُـوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ* بِسْـمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ * إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي
Saudara saudara Kaum Muslimin Rahimakumullah,
Marilah senantiasa kita tingkatkan taqwa kita kepada Allah dengan berupaya memenuhi perintah Allah, dan meninggalkan segala yang dilarang, agar senantiasa kita mendapatkan anugerah rahmat dan kebahagiaan sejak kita hidup di dunia ini, sampai di akhirat kelak, dengan ridla Allah Subhanahu wa Ta’ala , Amiin.
Marilah kita sejenak memperhatikan sabda Nabi Ya’qub ‘Alaihis salam, ketika mengumpulkan anak cucunya seraya bertanya, sebagaimana yang dikisahkan di dalam Al Qur’an :
“Ketika Ya’qub berkata pada putra putranya : “Apa yang akan kalian sembah nanti sepeninggalku ?”
(QS. Al Baqarah 133).
Pertanyaan Nabi Ya’qub kepada putra putranya ini menggambarkan keprihatinan orang tua terhadap generasi penerusnya dalam hal agama, aqidah dan peribadatannya. Sebagai pelajaran bagi kita semuanya, bahwa kita harus senantiasa memperhatikan peribadatan anak cucu kita. Sedang kan Nabi Ya’qub sebagai seorang Nabi saja, begitu menghawatirkan terhadap anak cucu keturunannya . Apalagi anak anak kita, dimana kita hanya sebagai manusia biasa , tentu keadaan anak anak kita akan lebih menghawatirkan. Kita tentu harus lebih memperhatikan, terlebih kita hidup dimasa sekarang ini, godaan lebih besar, pengaruh dan segala sesuatu sangat mengancam terhadap i’tiqad dan keyakinan kita. Tak dapat kita pungkiri kehidupan di masa sekarang ini terasa semakin sulit dan berat, persaingan dalam hidup semakin ketat. Semuanya lantaran pengaruh keadaan, hidup penuh dengan persaingan, sehingga mempengaruhi cara hidup, dan pola pikir masyarakat yang selalu tak pernah mau merasa kalah, juga tak pernah mau bersyukur menerima keadaan. Bahkan selalu merasa kurang, karena selalu melihat yang serba lebih dari kapasitas dirinya. Yang semuanya hanya diukur dengan materi dan kebendaan. Akhirnya masyarakat kita senantiasa silau menatap kehidupan yang serba glamour. Akhirnya kena penyakit matrialisme. Yang lebih dikhawatirkan oleh orang tua pada umumnya terhadap anak cucu hanyalah masalah masalah materi, khawatir jika tidak kebagian, mereka tidak seperti Nabi Ya’qub :
مـا تـعـبـدون مـن بـعـدي
tetapi مـا تــأكـلـون مـن بـعـدي
“ Apa yang akan kamu makan setelah aku tiada”
Saudaraku kaum Muslimin yang berbahagia,
Jarang jarang orang tua di zaman dan saat ini, yang memberikan perhatian terhadap anak anaknya dalam hal keyakinan dan peribadatan seperti Nabi Ya’qub AS. Oleh karena pemahaman tentang hidup yang telah kacau lantaran pengaruh kehidupan yang telah banyak
mempengaruhi pola pikir mayoritas masyarakat kita.
Paham yang serba materi dan kebendaan telah merasuki pikiran masyarakat pada ummnya, membuat keadaan memjadi berbalik dan kacau. Karena tuntutan materi dan persaingan, sehingga orang hidupnya untuk bekerja, bukan bekerja untuk hidup, untuk dapat memenuhi keinginan dan tujuan hidupnya. Sehingga tak pernah menghitung tujuan jangka panjangnya, menggapai kabahagian hidup di dunia ini sampai di akhirat kelak. Tetapi yang dikejar hanyalah tujuan jangka pendek, bagaimana agar dapat tercapai keinginan dan impianya, supaya dianggap orang sukses, hidup tidak kalah bersaing, harus selalu menang persaingan. Bahayanya orang semacam ini banyak melupakan ajaran dan tuntunan agama, tak lagi memperhitungkan halal haram, yang penting kesampaian dan tercapai keinginan. Selama tubuh sehat, mampu berbuat, tanpa kenal waktu untuk istirahat, siang malam terus bekerja, harus berkarya dan membawa hasil karya. Hidup hanya untuk bekerja. Bahkan sampai rela sekalipun harus mengorbankan jiwa dan raga. Akhirnya terbukti, harta benda yang sangat dicinta, ternyata tak mampu melanggengkannya, apa lagi mempertahankan hidupnya. Ternyata harta benda yang dihasilkan dengan susah payah , belum sempat dinikmatinya, terpaksa semua harus ditinggalkannya, hartanya tak mampu menghalangi kehendak Allah Yang Maha Perkasa, ia dipanggil menghadapNya sebelum usia tua. Atau sebaliknya justru harta benda yang meninggalkannya, karena dipaksa oleh keadaan yang harus menguras harta benda kekayaannya untuk menebus obat penyakit yang diderita, yang akhirnya hilanglah penyakitnya bersama nyawa yang hanya satu satunya.
Oleh karena itu marilah kita luruskan faham kita tentang hidup ini, bukan hidup untuk bekerja, tetapi bekerja untuk hidup. Sehingga bekerja tidak dengan rakus harus menghasilkan sebanyak banyaknya, tetapi sebatas sebagai sarana menyambung hidup, dan bukan sebagai tujuan hidup.
Adapun tujuan dan misi hidup ini adalah menghambakan diri beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karenanya perhatian dan rasa khawatir terhadap i’tiqad an keyakinan anak anak kita harus tertanam dalam hati setiap orang tua, agar menumbuhkan upaya dan budi daya orang tua, demi anak cucu generasi selanjutnya tetap melestarikan peribadatan dan keyakinan generasi pendahulunya, sebagaimana firman Allah :
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافاً خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً
“Dan hendaknya takut dan khawatir orang orang yang apabila mereka meninggalkan generasi yang lemah. Supaya mereka khawatir terhadap anak cucunya, Dan hendaknya mereka takut kepada Allah, dan hendaklah mereka mengucap dengan ucapan yang benar”.(QS.An Nisa’ 9).
Saudara ku Kaum Muslimin Rahimakumullah,
Allah telah memberi peringatan kepada kita para orang tua, jangan sampai kita keliru mendidik dan mengasuh anak anak kita, yang harus kita khawatirkan terhadap anak anak kita adalah lemahnya agama dan keyakinan anak anak kita. Adapun tentang materi, ekonomi dan kehidupan, kita yakin anak cucu kita nanti kan lebih pandai dari pada kita semua. Coba kita tengok kebelakang tentang kehidupan kita dimasa lampau, kita bandingkan dengan kehidupan sekarang. Mestinya kita harus bersyukur, keadaan saat sekarang serba lebih makmur. Akan tetapi kenyataan kita malah banyak ingkar, kufur tidak bersyukur. Padahal orang tua kita dahulu mendidik kita yang penting anak pintar, tak pernah membuat target tertentu. Kenyataan keadaan kita lebih baik ketimbang masa lampau. Artinya kita tak perlu berlebihan mengkhawatirkan masa depan ekonomi generasi kita, tetapi yang terpenting membekali dengan modal kepandaian dan ilmu pengetahuan. Yang harus kita khawatirkan adalah manakala anak cucu, kita tinggalkan dalam keadaan bodoh tanpa pengetahuan, lemah agamanya , lemah imannya. Karena yang akan menderita kerugian tidak hanya kereka tetapi kita semua sebagai orang tua. Kenapa kita tinggalkan generasi kita dalam keadaan bodoh, tentu oleh karena kita kurang memberi perhatian dan mengabaikan kwajiban. Kita membawa amanat, tidak hanya urusan sandang pangan , papan dan kesehatan saja, tetapi juga pendidikan, terlebih agama, akhlaq dan aqidahnya, menjadi kwajiban bagi orang tuanya .
Saudara saudara Kaum Muslimin Rahimakumullah,
Marilah kita sadar, kwajiban mendidik anak anak kita, kita bekali mereka pengetahuan, jangan sampai kita meninggalkan generasi yang bodoh tanpa pengetahuan agama. Nabi memperingatkan para orang tua,
مـن تـرك ولـده جـاهـلا كان كـل ذنب عـمـلــه عـلـيــه
“Barang siapa yang meninggalkan anak dalam keadaan bodhoh (tidak mengerti agama) , niscaya dosa yang dilakoni anak oleh sebab bodhonya, dibebankan kepada orang tuanya”
Semoga kita mendapat petunjuk dan pertolongan dari Allah Ta’ala. Memenuhi amanat kwajiban mendidik anak anak kita, kelak kemudian menjadi generasi yang shalih shalihat, selamat dunia akhirat. Amin
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ* وَنَفَعَنِي وَإِيَّا كُمْ بِااْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ* إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمِ *وَقُلْ رَبِّ اْغفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّحِمِيْنَ*
Khutbah Jum’ah kedua
الْحَمْدُ ِللهِ ، الْحَمْدُ ِللهِ حَقَّ حَمْدِهِ * أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ شَهَادَةَ عَبْدِهِ * وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْوَفِيُّ بِعَهْدِهِ * صَلَّـى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلهِ وَأَصْحَابِهِ مِنْ بَعْدِهِ * وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا * أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى * وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ تَعَالَى أَمَرَكُمْ أَمْرًا عَمِيْمًا * فَقَالَ جَلَّ جَلاَلُهُ: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ. يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا * اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ * وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ * وَارْحَمْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ *
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ * وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ * إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُّجِيْبُ الدَّعَوَاتِ * اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَئِمَتَنَا وَأُمَّتَنَا وَقُضَاتَنَا وَعُلَمَاءَنَا وَفُقَهَاءَنَا وَمَشَايِخَنَا صَلاَحًا تَامًّا عَامًّا وَاجْعَلْنَا هُدَاةَ مُهْتَدِيْنَ * اَللَّهُمَّ اْنصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ * وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ * أَللَّهُمَّ أَهْلِكْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ * وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ * وَفُكَّ أَسْرَ الْمَأْسُوْرِيْنَ * وَفَرِّجْ عَنِ الْمَكْرُوْبِيْنَ * وَاقْـضِ الدَّيْنَ عَلَى الْمَدْيُوْنِيـْنَ * وَاكْتُبِ اللَّهُمَّ السَّلاَمَةَ عَلَيْنَا * وَعَلَى الْغُزَّاةِ وَالْمُجَاهِدِيْنَ وَالْمُسَافِرِيْنَ * إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ * اَللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ * وَالْبَلاَءَ وَالْوَبَاءَ* وَاْلفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَة * وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ * مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ * مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً * وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً * إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ * رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بالإِيـْمَانِ* وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَّحِيْم *
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِذِى اْلقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ * وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Demikianlah contoh khutbah jumat singkat singkat tentang keprihatinan orang tua yang bisa saya sajikan kepada hadirin sekalian, semoga mengandung banyak manfa'at. amiin
1. memanjatkan puji kepada Allah SWT
2. Membaca sholawat kepada Nabi SAW
3. Membaca salah satu ayat Al qur'an yang dufaham oleh khotib (orang yang ber kutbah)
4. Wasiat dengan taqwa
5. Mendoakan orang yang islam dan iman.
Dan untuk jemaah yang sedang melaksanakan sholat jumat juga harus memperhatikan syarat syarat sah nya sholat jum'at. Diantaranya jika khotib (orang yang ber kutbah) sedang ber khutbah, mereka harus mendengarkan dengan semua yang di ucapkan oleh khotib, jika tidak mendengarkan, dalam artian mereka malah tidur atau ngobrol ketika khotib ber khutbah, maka jangan mengharapkan pahala dari sholat jum'atnya. dan bahkan bisa merugikan orang lain karena menggangu ke khusu'an orang di sekitar. karenanya di setiap sebelum sholat jum'at dilaksanakan selalu ada muroqi yang memperingatkan kepada seluruh peserta sholat jum'at untuk tidak berbicara dan mendengarkan khotib.
Adapun untuk bentuk sholat jumat itu sendiri yaitu 2 raka'at seperti sholat hajat. Dan tidaklah beda dengan sholat fardu yang lainnya, hanya saja sholat jum'at dilaksanakan pada hari jum'at saja. namun ada perbedaan antara sholat jum'at dan sholat fardu lainya, yaitu wajib di berjamaahkan dan pembacaan surat al fatihahnya harus di jahar kan (membaca dengan suara keras). Dan pada hari jum'at ini saya mau memberikan contoh khutbah jum'at tenteng keprihatinan orang tua.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله الحمد لله الـولى الـحـمـيد * الـمـبـد ىء الـمــعـيـد * الـفـعـال لـمـا يـريـد *أحـمـده وأشـكـره سـبـحـانـه وتـعـالى عـلى فـضـلـه الـمـديـد * أشـهـد أن لأ اله الا الله وحده لا شـريك لـه الـحـمـيـد الـمـجـيد * شهادة تـنجي قـائـلـهـا مـن عـذاب شـديـد * واشـهد أن محمدا عبـده ورسـوله خـيـر الأنـام يـدعو الى الأيـمـان والـتـوحـيـد* اللهـم صـل وسـلم وبارك على سـيد نامحمـد الـمـبـعـوث الى الــحـيــاة الـحـمـيـد* صلاة تـنجينـا بهـا من الـبـلا يـا والـشـدائـد * وعلى ألـه وأصــحابه ومن تبعهم مـن صـالـح الـعـبـيـد* أمـابعـد فيـا عبـادالله أوصــيكم وايـاي بتقـوى الله ذي الـعـرش الـمـجيـد* وَقَدْ قَالَ اللهَ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ *حكايـة عـن شـأن يـعـقــوب عـلـيـه الـسـلام* أَعُـوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ* بِسْـمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ * إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي
Saudara saudara Kaum Muslimin Rahimakumullah,
Marilah senantiasa kita tingkatkan taqwa kita kepada Allah dengan berupaya memenuhi perintah Allah, dan meninggalkan segala yang dilarang, agar senantiasa kita mendapatkan anugerah rahmat dan kebahagiaan sejak kita hidup di dunia ini, sampai di akhirat kelak, dengan ridla Allah Subhanahu wa Ta’ala , Amiin.
Marilah kita sejenak memperhatikan sabda Nabi Ya’qub ‘Alaihis salam, ketika mengumpulkan anak cucunya seraya bertanya, sebagaimana yang dikisahkan di dalam Al Qur’an :
“Ketika Ya’qub berkata pada putra putranya : “Apa yang akan kalian sembah nanti sepeninggalku ?”
(QS. Al Baqarah 133).
Pertanyaan Nabi Ya’qub kepada putra putranya ini menggambarkan keprihatinan orang tua terhadap generasi penerusnya dalam hal agama, aqidah dan peribadatannya. Sebagai pelajaran bagi kita semuanya, bahwa kita harus senantiasa memperhatikan peribadatan anak cucu kita. Sedang kan Nabi Ya’qub sebagai seorang Nabi saja, begitu menghawatirkan terhadap anak cucu keturunannya . Apalagi anak anak kita, dimana kita hanya sebagai manusia biasa , tentu keadaan anak anak kita akan lebih menghawatirkan. Kita tentu harus lebih memperhatikan, terlebih kita hidup dimasa sekarang ini, godaan lebih besar, pengaruh dan segala sesuatu sangat mengancam terhadap i’tiqad dan keyakinan kita. Tak dapat kita pungkiri kehidupan di masa sekarang ini terasa semakin sulit dan berat, persaingan dalam hidup semakin ketat. Semuanya lantaran pengaruh keadaan, hidup penuh dengan persaingan, sehingga mempengaruhi cara hidup, dan pola pikir masyarakat yang selalu tak pernah mau merasa kalah, juga tak pernah mau bersyukur menerima keadaan. Bahkan selalu merasa kurang, karena selalu melihat yang serba lebih dari kapasitas dirinya. Yang semuanya hanya diukur dengan materi dan kebendaan. Akhirnya masyarakat kita senantiasa silau menatap kehidupan yang serba glamour. Akhirnya kena penyakit matrialisme. Yang lebih dikhawatirkan oleh orang tua pada umumnya terhadap anak cucu hanyalah masalah masalah materi, khawatir jika tidak kebagian, mereka tidak seperti Nabi Ya’qub :
مـا تـعـبـدون مـن بـعـدي
tetapi مـا تــأكـلـون مـن بـعـدي
“ Apa yang akan kamu makan setelah aku tiada”
Saudaraku kaum Muslimin yang berbahagia,
Jarang jarang orang tua di zaman dan saat ini, yang memberikan perhatian terhadap anak anaknya dalam hal keyakinan dan peribadatan seperti Nabi Ya’qub AS. Oleh karena pemahaman tentang hidup yang telah kacau lantaran pengaruh kehidupan yang telah banyak
mempengaruhi pola pikir mayoritas masyarakat kita.
Paham yang serba materi dan kebendaan telah merasuki pikiran masyarakat pada ummnya, membuat keadaan memjadi berbalik dan kacau. Karena tuntutan materi dan persaingan, sehingga orang hidupnya untuk bekerja, bukan bekerja untuk hidup, untuk dapat memenuhi keinginan dan tujuan hidupnya. Sehingga tak pernah menghitung tujuan jangka panjangnya, menggapai kabahagian hidup di dunia ini sampai di akhirat kelak. Tetapi yang dikejar hanyalah tujuan jangka pendek, bagaimana agar dapat tercapai keinginan dan impianya, supaya dianggap orang sukses, hidup tidak kalah bersaing, harus selalu menang persaingan. Bahayanya orang semacam ini banyak melupakan ajaran dan tuntunan agama, tak lagi memperhitungkan halal haram, yang penting kesampaian dan tercapai keinginan. Selama tubuh sehat, mampu berbuat, tanpa kenal waktu untuk istirahat, siang malam terus bekerja, harus berkarya dan membawa hasil karya. Hidup hanya untuk bekerja. Bahkan sampai rela sekalipun harus mengorbankan jiwa dan raga. Akhirnya terbukti, harta benda yang sangat dicinta, ternyata tak mampu melanggengkannya, apa lagi mempertahankan hidupnya. Ternyata harta benda yang dihasilkan dengan susah payah , belum sempat dinikmatinya, terpaksa semua harus ditinggalkannya, hartanya tak mampu menghalangi kehendak Allah Yang Maha Perkasa, ia dipanggil menghadapNya sebelum usia tua. Atau sebaliknya justru harta benda yang meninggalkannya, karena dipaksa oleh keadaan yang harus menguras harta benda kekayaannya untuk menebus obat penyakit yang diderita, yang akhirnya hilanglah penyakitnya bersama nyawa yang hanya satu satunya.
Oleh karena itu marilah kita luruskan faham kita tentang hidup ini, bukan hidup untuk bekerja, tetapi bekerja untuk hidup. Sehingga bekerja tidak dengan rakus harus menghasilkan sebanyak banyaknya, tetapi sebatas sebagai sarana menyambung hidup, dan bukan sebagai tujuan hidup.
Adapun tujuan dan misi hidup ini adalah menghambakan diri beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karenanya perhatian dan rasa khawatir terhadap i’tiqad an keyakinan anak anak kita harus tertanam dalam hati setiap orang tua, agar menumbuhkan upaya dan budi daya orang tua, demi anak cucu generasi selanjutnya tetap melestarikan peribadatan dan keyakinan generasi pendahulunya, sebagaimana firman Allah :
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافاً خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً
“Dan hendaknya takut dan khawatir orang orang yang apabila mereka meninggalkan generasi yang lemah. Supaya mereka khawatir terhadap anak cucunya, Dan hendaknya mereka takut kepada Allah, dan hendaklah mereka mengucap dengan ucapan yang benar”.(QS.An Nisa’ 9).
Saudara ku Kaum Muslimin Rahimakumullah,
Allah telah memberi peringatan kepada kita para orang tua, jangan sampai kita keliru mendidik dan mengasuh anak anak kita, yang harus kita khawatirkan terhadap anak anak kita adalah lemahnya agama dan keyakinan anak anak kita. Adapun tentang materi, ekonomi dan kehidupan, kita yakin anak cucu kita nanti kan lebih pandai dari pada kita semua. Coba kita tengok kebelakang tentang kehidupan kita dimasa lampau, kita bandingkan dengan kehidupan sekarang. Mestinya kita harus bersyukur, keadaan saat sekarang serba lebih makmur. Akan tetapi kenyataan kita malah banyak ingkar, kufur tidak bersyukur. Padahal orang tua kita dahulu mendidik kita yang penting anak pintar, tak pernah membuat target tertentu. Kenyataan keadaan kita lebih baik ketimbang masa lampau. Artinya kita tak perlu berlebihan mengkhawatirkan masa depan ekonomi generasi kita, tetapi yang terpenting membekali dengan modal kepandaian dan ilmu pengetahuan. Yang harus kita khawatirkan adalah manakala anak cucu, kita tinggalkan dalam keadaan bodoh tanpa pengetahuan, lemah agamanya , lemah imannya. Karena yang akan menderita kerugian tidak hanya kereka tetapi kita semua sebagai orang tua. Kenapa kita tinggalkan generasi kita dalam keadaan bodoh, tentu oleh karena kita kurang memberi perhatian dan mengabaikan kwajiban. Kita membawa amanat, tidak hanya urusan sandang pangan , papan dan kesehatan saja, tetapi juga pendidikan, terlebih agama, akhlaq dan aqidahnya, menjadi kwajiban bagi orang tuanya .
Saudara saudara Kaum Muslimin Rahimakumullah,
Marilah kita sadar, kwajiban mendidik anak anak kita, kita bekali mereka pengetahuan, jangan sampai kita meninggalkan generasi yang bodoh tanpa pengetahuan agama. Nabi memperingatkan para orang tua,
مـن تـرك ولـده جـاهـلا كان كـل ذنب عـمـلــه عـلـيــه
“Barang siapa yang meninggalkan anak dalam keadaan bodhoh (tidak mengerti agama) , niscaya dosa yang dilakoni anak oleh sebab bodhonya, dibebankan kepada orang tuanya”
Semoga kita mendapat petunjuk dan pertolongan dari Allah Ta’ala. Memenuhi amanat kwajiban mendidik anak anak kita, kelak kemudian menjadi generasi yang shalih shalihat, selamat dunia akhirat. Amin
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ* وَنَفَعَنِي وَإِيَّا كُمْ بِااْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ* إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمِ *وَقُلْ رَبِّ اْغفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّحِمِيْنَ*
Khutbah Jum’ah kedua
الْحَمْدُ ِللهِ ، الْحَمْدُ ِللهِ حَقَّ حَمْدِهِ * أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ شَهَادَةَ عَبْدِهِ * وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْوَفِيُّ بِعَهْدِهِ * صَلَّـى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلهِ وَأَصْحَابِهِ مِنْ بَعْدِهِ * وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا * أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى * وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ تَعَالَى أَمَرَكُمْ أَمْرًا عَمِيْمًا * فَقَالَ جَلَّ جَلاَلُهُ: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ. يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا * اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ * وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ * وَارْحَمْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ *
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ * وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ * إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُّجِيْبُ الدَّعَوَاتِ * اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَئِمَتَنَا وَأُمَّتَنَا وَقُضَاتَنَا وَعُلَمَاءَنَا وَفُقَهَاءَنَا وَمَشَايِخَنَا صَلاَحًا تَامًّا عَامًّا وَاجْعَلْنَا هُدَاةَ مُهْتَدِيْنَ * اَللَّهُمَّ اْنصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ * وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ * أَللَّهُمَّ أَهْلِكْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ * وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ * وَفُكَّ أَسْرَ الْمَأْسُوْرِيْنَ * وَفَرِّجْ عَنِ الْمَكْرُوْبِيْنَ * وَاقْـضِ الدَّيْنَ عَلَى الْمَدْيُوْنِيـْنَ * وَاكْتُبِ اللَّهُمَّ السَّلاَمَةَ عَلَيْنَا * وَعَلَى الْغُزَّاةِ وَالْمُجَاهِدِيْنَ وَالْمُسَافِرِيْنَ * إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ * اَللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ * وَالْبَلاَءَ وَالْوَبَاءَ* وَاْلفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَة * وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ * مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ * مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً * وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً * إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ * رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بالإِيـْمَانِ* وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَّحِيْم *
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِذِى اْلقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ * وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Demikianlah contoh khutbah jumat singkat singkat tentang keprihatinan orang tua yang bisa saya sajikan kepada hadirin sekalian, semoga mengandung banyak manfa'at. amiin